Senin, 28 September 2015

Diskusi Rutin Realisme


Realisme adalah pandangan pesimistis terhadap sikap dasar manusia. Salah satu sikap penganut realisme adalah skeptisme terhadap kemajuan politik domestik. Anarki juga sering dikaitkan dengan realisme. Lima nilai dasar realisme, yaitu keamanan, kebebasan, ketertiban, keadilan, dan kesejahteraan.

Tokoh – tokoh realisme:

1. Thucydides
Pemikiran awal Thucydides erat kaitannya dengan konflik yang terjadi di Yunani Kuno. Peperangan yang melibatkan antar negara-kota baik yang berkekuatan besar maupun kecil semata – mata demi mempertahankan dirinya dan menghindarkan diri dari dominasi negara pemenang. Dalam sejarah kuno banyak negara – negara baik yang berkekuatan besar maupun kecil dihancurkan karena tidak mampu beradaptasi terhadap keadaan alaminya. Maksudnya, setiap negara harus menyadari kekuatan perangnya dan mengatur dirinya misalnya dengan perimbangan kekuatan. Menurut Thucydides, setiap pilihan mempunyai konsekuensi sehingga pembuat keputusan harus berhati – hati dalam memikirkan jalan terbaik demi keamanan dan  keselamatan bangsa. 

2. Niccolo Machiavelli
Machiavelli menganalogikan bahwa suatu negara membutuhkan kekuatan (Singa) dan penipuan (Rubah) untuk mempertahankan kekuasaan dan menjamin kelangsungan hidupnya. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan kekuatan agar suatu negara dapat menjamin keselamatan dan keamanan bangsanya serta tidak didominasi oleh negara lain. Sedangkan kecerdikan dan kepandaian mutlak diperlukan oleh penguasa agar dapat memutuskan kebijakan yang menguntungkan dan melihat berbagai macam ancaman. 

3. Thomas Hobbes
Hobbes mengasumsikan bahwa pada dasarnya suatu negara dibentuk bukan oleh intelegensi tetapi oleh keinginan (emosi). Terdapat “keadaan alami” dimana terjadi “perang” antar manusia. Semua orang dianggap berbahaya dan muncul ketakutan diantara mereka. Mereka khawatir akan keberlangsungan hidupnya. Oleh karena itu, mereka bekerja untuk menjauhkan perang tersebut. Negara pun terbentuk atas dasar emosi. Mereka ingin menerapkan perdamaian dan ketertiban sehingga mereka aman dari konflik internal dan ancaman musuh. Pada akhirnya, perdamaian itu akan membawa pada kebahagiaan bagi mereka. Namun, negara yang terbentuk dibawah pemikiran tersebut akan menimbulkan keadaan – keadaan alami diantara negara – negara. Hal itu mengandung “dilema keamanan” dalam politik dunia. 

Gambaran Realisme dari Sebuah Cerita

            Pada suatu malam terjadi kerusuhan di kediaman Jing Anwang. He Xia , tuan muda Jin Anwang dituduh sebagai pengkhianat. Sebenarnya, kerusuhan tersebut merupakan rencana Pangeran Su yang sangat membenci Jin Anwang karena kekuatan militernya yang besar. Pada saat terjadi kerusuhan, Bai Pinting, pelayan setia He Xia terpisah darinya. Sekarang, Pinting menyamar menjadi pelayan di kediaman Hua di wilayah Dong Lin.
Suatu hari, Putri Hua meminta Pinting memainkan qin menggantikan posisinya. Inilah awal mula pertemuan Pinting dan Chu Beijie, adik penguasa Dong Lin. Setelah memainkan qin, Pinting berbincang – bincang dengan Chu Beijie. Pada saat peperangan yang lalu, pasukan He Xia menang, tetapi hanya kemenangan kecil. Ternyata, pasukan Dong Lin sengaja mundur pada peperangan tersebut karena Chu Beijie tahu bahwa Raja Su sangat takut kekuasaannya diambil oleh He Xia sehingga dia rela melakukan apa saja demi melenyapkannya. Chu Beijie menyebut ini adalah kemenangan besar Dong Lin.
            Suatu hari, penyamaran Pinting terbongkar. Namun, Chu Beijie memaafkannya. Dia akhirnya tinggal di kediaman Chu Beijie. Pada musim semi, Pinting memutuskan kembali kepada tuannya. Chu Beijie mengejarnya namun dia terkepung oleh pasukan He Xia. Chu Beijie akhirnya memutuskan gencatan senjata selama lima tahun dengan Gui Li.
            Pinting tidak dapat membohongi perasaannya. Dia pun memutuskan meninggalkan tuannya dan pergi ke Bei Mo, tempat tinggal sahabatnya, Yangfeng. Saat itu, Bei Mo dilanda kepanikan karena pasukan Dong Lin akan menguasai Bei Mo. Dong Lin mengarahkan ekspansinya ke Bei Mo, kerajaan kecil yang kekuatan militernya dibawah Dong Lin. Yangfeng membujuk Pinting untuk menjadi ahli strategi militer Bei Mo. Pinting mengatur siasaat untuk menjebak pasukan Dong Lin. Dia pun terlibat langsung karena Chu Beijie melihatnya.
             Chu Beijie marah dan kecewa pada Pinting. Dia merasa dikhianati karena Pinting mengingkari janjinya. Dia berkata bahwa keluarga Chu Beijie tidak akan terluka tapi kenyataannya, dua keponakannya meninggal akibat keracunan. Chu Beijie pun dituduh ingin melakukan kudeta terhadap raja yang merupakan kakak kandungnya sendiri.
            Semenjak kepergian Pinting, sikap He Xia perlahan berubah. Dia adalah penyebab meninggalnya dua pangeran Dong Lin. Awalnya Pinting hanya membuat resep agar keluarga kerajaan Dong Lin lumpuh sementara. Namun, He Xia bekerja sama dengan Raja Bei Mo mengubah resep itu menjadi racun yang mematikan. Chu Beijie pun terpaksa harus menyingkir ke pegunungan dan tidak lagi menjabat sebagai komandan perang Dong Lin. 

Analisis Realisme

Cerita diatas erat kaitannya dengan teori realisme yang dikemukakan oleh Machiavelli. Setiap negara membutuhkan kekuatan dan kecerdikan dalam mengatur strategi perang. Pada awalnya, Gui Li dianggap sebagai pemenang. Namun, dibalik itu ternyata Dong Lin telah menduga bahwa konflik internal di Gui Li akan menyingkirkan salah satu jenderal terbaiknya sehingga Dong Lin berpura – pura kalah. Di lain sisi, konflik personal yang dialami oleh Chu Beijie membuatnya tidak dapat membuat keputusan yang tepat sehingga Gui Li menerima gencatan senjata selama lima tahun. Thucydides pernah mengingatkan pemimpin Athena bahwa setiap pilihan mempunyai konsekuensi sehingga harus dipikirkan secara hati – hati.

Tujuan Dong Lin melakukan ekspansi ke kerajaan lain adalah untuk memperluas kekuasaannya. Oleh karena itu, ia meningkatkan kekuatan militernya agar dapat menjamin keamanan, keselamatan, dan kelangsungan hidup politiknya. Walaupun begitu, Dong Lin kalah melawan Bei Mo bahkan jenderalnya dituduh melakukan kudeta. Politik domestik di Dong Lin pun mengalami kebuntuan. Kerajaan – kerajaan lain bisa memanfaatkan situasi ini untuk menyerang balik Dong Lin. He Xia pun tampil menjadi jenderal yang sangat cerdik.

Referensi:
Jackson, R dan Georg Sorensen. 2013. Pengantar Studi Hubungan Internasional: Teori dan Pendekatan Edisi Kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Note: Cerita diatas diambil dari Light Novel Gu Fang Bu Zi Shang karya Feng Nong.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik.