Senin, 19 Oktober 2015

Diskusi Rutin Strukturalisme



 Dear, Ifha
 
Selamat telah menjadi siswi SMA sekarang. Begitu besar perjuangan bapak dan ibu menyekolahkanmu sehingga teruslah belajar, raihlah prestasi yang bisa membanggakan dirimu dan khususnya kedua orangtua.


Sejak kecil aku punya banyak cita – cita. Tetapi, tak satu pun dari cita – cita tersebut menyangkut tentang Hubungan Internasional. Hal pertama yang terlintas di benakku saat mendengar  jurusan tersebut adalah jurusan yang sebagian besar mahasiswanya akan menjadi diplomat. Hubungan Internasional itu sendiri baru aku dengar saat SMA kelas 12. Aku tidak pernah menyangka bahwa disinilah takdirku. Aku sempat bercita – cita menjadi ahli gizi dan menjalani proses selama setahun, namun, Allah Berkehendak lain dan akhirnya aku kuliah disini, di Universitas Hasanuddin jurusan Hubungan Internasional. 

Melalui tulisan ini.. Aku hanya ingin memberikan sedikit nasihat kepada diriku di masa lalu mengenai ilmu yang telah kudapatkan. Aku ingin kamu tahu bahwa pemikiranmu selama ini tidak terlepas dari cara pandang ke-HI-an yang tanpa sadar membuatmu sering mengacuhkan satu sisi dan lebih dominan ke sisi yang lain. Mahasiswa harus berpikir kritis. Mahasiswa harus melihat persoalan dari berbagai macam sudut pandang. Salah satu sudut pandang yang akan aku uraikan adalah strukturalisme.

*****

Apa itu strukturalisme?

Sebelum membahas strukturalisme, kita harus mengetahu apa itu Marxisme. Marxisme adalah paham yang membagi manusia ke dalam kelas – kelas sosial, yaitu borjuis dan proletar. Borjuis adalah orang – orang yang menguasai modal dan alat produksi sedangkan proletar adalah tenaga kerjanya. Strukturalisme ini berasal dari paham Marxisme. Strukturalisme adalah cara pandang mengenai konsep pembagian negara berdasarkan struktur. Strukturalisme juga sering disebut Neomarxisme karena merupakan kritik terhadap Marxisme itu sendiri. 

Terdapat dua teori utama dalam strukturalisme, yaitu world system theory dan dependency theory. World system theory menganggap bahwa negara – negara di dunia dibagi dalam tiga kelompok:

1)      Negara core: Negara yang menguasai modal dan alat – alat produksi. Contoh: Amerika Serikat, Inggris, dll.
2)      Negara periphery: Negara pemasok tenaga kerja. Negara dalam kelompok ini juga memiliki sumber daya alam yang potensial tetapi tak mampu dikelola sendiri sehingga menjadi bahan eksploitasi negara – negara core. Contoh: Bangladesh, negara kawasan Afrika, dll.
3)      Negara semi-periphery: Negara yang berada di antara negara core dan negara periphery. Contoh: Malaysia, dll.

Selanjutnya adalah teori dependensi yang dilakukan oleh negara maju terhadap negara berkembang untuk memeroleh upah buruh yang rendah dan sumber daya alam. Negara maju mendapatkan keuntungan yang sangat besar sedangkan buruh di negara berkembang tetap hidup menderita karena gap kesejahteraan yang nyata dan pemerintah yang telah dikuasai oleh hegemoni segelintir pemilik modal yang rakus.

*****

            Dulu, aku selalu berpikir bahwa jika aku memakai sepatu merk ini aku akan  “dianggap” modis, trendi, dsb. Suatu ketika aku pernah membuka casing hp ku dan menemukan fakta bahwa ternyata hp ku itu diproduksi di China walaupun merknya berasal dari Finlandia. Beberapa tahun kemudian, merk sepatu yang ku anggap “Wow” tersebut ternyata juga diproduksi di China bahkan di Indonesia pun ada. Hal – hal yang terlintas di benakku…

I don’t care. 

Just knew it.

I’m proud of Indonesia.

That’s a good thing, etc.

            Aku sama sekali acuh dengan fakta tersebut. Aku menganggapnya hal yang biasa. Aku sebenarnya tahu bahwa alasan perusahan tersebut memproduksi barangnya di negara – negara berkembang karena upah buruh yang lebih rendah dibandingkan buruh di negara asalnya. Aku tidak peduli dengan nasib buruh dan keluarganya yang ternyata menderita demi keegoisanku dan orang – orang di luar sana yang lebih mementingkan dirinya sendiri.
            Aku melihat di tv, merk A bekerja sama dengan daerah B untuk menciptakan lapangan kerja dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya alam untuk produksi produk merk A tersebut. Aku merasa bangga karena perusahaan sekelas A mau berinvestasi di Indonesia.  Aku sama sekali tidak tahu bahwa ternyata upah buruh yang diberikan pas – pasan. Bahkan banyak buruh di Bangladesh hanya mendapatkan upah sekitar belasan dolar saja per bulan. Sangat memiriskan.
            Strukturalisme telah menjadi sebuah sistem yang dikendalikan oleh kaum borjuis. Kaum borjuis seakan lupa bahwa tanpa kaum proletar, tak akan ada harmonisasi dalam kehidupan. Jika semua ingin menjadi bos maka siapa yang akan bekerja? Seyogianya sifat saling ketergantungan tersebut didukung oleh sistem yang berkeadilan, misalnya Fair Trade yang dilakukan oleh beberapa organisasi di dunia ini.
            Akhir kata, aku ingin memberitahu pada diriku yang dulu bahwa cobalah sesekali mengasah kepekaan sosialmu. Kau tahu hal itu tidak adil tetapi kau tetap cuek. Sekarang hal itu telah menjadi sebuah sistem dalam diriku kini. Aku tidak bisa begitu saja mengubahnya. Aku tidak ingin menyesali apa yang telah terjadi tetapi satu pesanku untuk diriku yang dulu…

Belajarlah memandang dunia dari berbagai macam sudut pandang dan kau pasti akan menemukan hal – hal yang tak terduga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik.