Minggu, 04 Oktober 2015

Diskusi Rutin Liberalisme



Sejarah Liberalisme

Pemikiran mengenai liberalisme pertama kali dikemukakan oleh John Locke pada abad ke-17. Locke berpandangan bahwa kebebasan individu menjadi tanggung jawab negara dan setiap individu dapat menghidupi kehidupannya dan meraih kebahagiaan. Pada abad ke-18, Jeremy Bentham berpendapat bahwa manusia harus berpikir dan bertindak rasional untuk memeroleh hasil yang maksimal. Lebih jauh lagi, Immanuel Kant mengemukakan bahwa akan tercipta perdamaian dunia apabila negara – negara menganut paham demokrasi liberal.

Pada Perang Dunia I, pemimpin Amerika Serikat, Woodrow Wilson, berusaha menyebarkan liberalisme melalui nilai – nilai demokrasi liberal ke seluruh dunia khususnya ke negara – negara sekutu. Dia meyakini bahwa perang dapat dicegah sehingga ia memelopori berdirinya LBB untuk menjamin perdamaian dan keamanan. Namun, LBB gagal menjalankan misinya. Akan tetapi, setelah Perang Dunia II pemikiran bahwa sebuah organisasi internasional dibutuhkan untuk menghimpun bangsa – bangsa agar dapat berkolaborasi menyelesaikan isu – isu dunia dan sebagai wadah dimana negara maju membantu negara berkembang yang mendasari berdirinya PBB.

Tema – Tema Liberalisme

·         Perdamaian dan Keamanan
Perdamaian dan keamanan merupakan salah satu isu penting dalam liberalisme sehingga dilakukan kerja sama untuk menyelesaikan konflik dan membantu korban perang. Contoh: berdirinya PBB, pengadilan HAM, dll.

·         Negara dan Kekuasaan
Negara dalam demokrasi-liberal berperan sebagai penengah di antara berbagai kepentingan masyarakat. Terdapat interaksi antara negara dan warga sipil.

·         Institusi dan Tatanan Dunia
Institusi dan tatanan dunia banyak tercipta dari kerjasama dan interdependensi antara aktor – aktor hubungan internasional baik aktor negara maupun non negara.

·         Identitas dan Komunitas
Liberalisme pada mulanya hanya memberikan porsi yang sedikit dalam membahas isu komunitas. Namun, di masa kini telah dikenal istilah masyarakat global dimana dihasilkan suatu interdependensi yang kompleks sehingga nilai – nilai yang dianut suatu komunitas dapat tersebar ke seluruh dunia.

·         Kesenjangan dan Keadilan
Kaum liberalis sangat menjunjung tinggi kesetaraan dan persamaan hak namun penting untuk melihat masalah ini dari berbagai sudut pandang.

·         Konflik dan Kekerasan
Kaum liberal memandang diri mereka sebagai pembela perdamaian namun mereka berpendapat bahwa untuk mewujudkan itu semua dibutuhkan kehendak politik serta usaha.

Organisasi/Kegiatan yang Mencerminkan Liberalisme

Belakangan ini di seluruh dunia telah digaungkan sebuah program, yaitu Global Goals. Global Goals for Sustainable Development (SDGs) adalah sebuah program yang diprakarsai oleh PBB yang merupakan kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs). Global Goals bertujuan untuk mencapai tiga misi mulia, yakni mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan, dan mengatasi perubahan iklim melalui kolaborasi global.

Global Goals memiliki 17 goals dan 169 target yang akan dicapai dalam kurun waktu 15 tahun atau diharapkan terwujud pada tahun 2030. Ke-17 goals tersebut sebagai berikut:

1.      Tidak ada kemiskinan.
2.      Tidak ada kelaparan.
3.      Kesehatan dan kesejahteraan yang baik.
4.      Pendidikan berkualitas.
5.      Kesetaraan gender.
6.      Sanitasi dan air bersih.
7.      Energi bersih dan terjangkau.
8.      Pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak.
9.      Industri, inovasi, dan infrastukur.
1.    Mengurangi kesenjangan.
1.      Keberlanjutan kota dan komunitas.
1.      Konsumsi & Produksi Bertanggung Jawab.
...      Aksi Terhadap Iklim.
1.      Kehidupan Bawah Laut.
1.      Kehidupan Di Darat.
1.      Institusi Peradilan yang Kuat & Kedamaian.
1.      Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Dalam kurun waktu tujuh hari (26 September – 2 Oktober) informasi seputar Global Goals akan disebarluaskan serentak di seluruh dunia melalui konferensi, media massa, festival, klub olahraga, artis, dll. Untuk mencapai target dalam Global Goals dibutuhkan dukungan dari setiap individu dimana pun ia berada serta komitmen dari 193 pemimpin dunia yang hadir dalam Sustainable Development Summit di New York, Amerika Serikat.

Analisis Liberalisme

Menurut pandangan liberalisme, kerjasama merupakan hal mutlak yang harus dilakukan oleh aktor – aktor hubungan internasional. Beberapa tujuan kerjasama, yaitu untuk memenuhi kebutuhan negara, membangun kerjasama kemitraan, menghindari konflik, mendukung perdamaian, dll. Dalam menjalankan kegiataannya, Global Goals membutuhkan kerjasama dan komitmen dari ratusan negara anggota PBB beserta masyarakat global agar kegiatan jangka panjang tersebut dapat memberikan hasil positif dalam menangani berbagai isu – isu dunia.

Kaum liberalisme optimis bahwa kegiatan tersebut akan menjaring banyak sukarelawan di seluruh dunia sehingga mereka melakukan penyebaran informasi secara massif dengan menggunakan berbagai macam media. Mereka meyakini bahwa sifat dasar manusia yang berpotensi baik dan rasional akan menuntun mereka pada pemikiran mengenai nilai – nilai hidup, moral, dan hak asasi manusia yang tak dapat diabaikan sehingga dipercaya kegiatan tersebut akan menarik banyak empati masyarakat dari berbagai macam golongan.

Pada era liberalisme klasik, campur tangan negara dianggap akan mengekang kebebasan individu. Namun, saat ini negara berperan sebagai penengah di antara berbagai macam kepentingan bangsa. Seluruh target di program Global Goals tidak akan bisa maksimal apabila negara tidak ikut serta dalam program tersebut. Negara berperan memberikan kerangka acuan bagi stakeholder terkait dan juga masyarakat seperti peraturan – peraturan atau bahkan pengawasan untuk menjamin terlaksananya kegiatan. Dalam hal ini bisa saja negara dipandang sebagai sebuah ‘ancaman’ tetapi ancaman yang diperlukan (necessary evil). 

Di antara 17 goals diatas terdapat masalah mengenai kesetaraan dan komunitas. Kaum liberalis berpandangan bahwa kedua hal tersebut harus mendapat perhatian karena merupakan bagian dari hak – hak individu dan tidak bisa terlepas dari masyarakat global yang saling bergantung satu sama lain. 


Referensi:
Jackson, R dan Georg Sorensen. 2013. Pengantar Studi Hubungan Internasional: Teori dan Pendekatan Edisi Kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Steans, Jill dan Llyod Pettiford. 2009. Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Satu Indonesia (diakses 3 Oktober 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik.