Sejarah
Liberalisme
Pemikiran mengenai liberalisme pertama kali
dikemukakan oleh John Locke pada abad ke-17. Locke berpandangan bahwa kebebasan
individu menjadi tanggung jawab negara dan setiap individu dapat menghidupi
kehidupannya dan meraih kebahagiaan. Pada abad ke-18, Jeremy Bentham
berpendapat bahwa manusia harus berpikir dan bertindak rasional untuk memeroleh
hasil yang maksimal. Lebih jauh lagi, Immanuel Kant mengemukakan bahwa akan
tercipta perdamaian dunia apabila negara – negara menganut paham demokrasi
liberal.
Pada Perang Dunia I, pemimpin Amerika Serikat, Woodrow Wilson, berusaha menyebarkan liberalisme melalui nilai – nilai demokrasi liberal ke seluruh dunia khususnya ke negara – negara sekutu. Dia meyakini bahwa perang dapat dicegah sehingga ia memelopori berdirinya LBB untuk menjamin perdamaian dan keamanan. Namun, LBB gagal menjalankan misinya. Akan tetapi, setelah Perang Dunia II pemikiran bahwa sebuah organisasi internasional dibutuhkan untuk menghimpun bangsa – bangsa agar dapat berkolaborasi menyelesaikan isu – isu dunia dan sebagai wadah dimana negara maju membantu negara berkembang yang mendasari berdirinya PBB.
Tema
– Tema Liberalisme
·
Perdamaian dan Keamanan
Perdamaian dan keamanan merupakan salah satu isu penting
dalam liberalisme sehingga dilakukan kerja sama untuk menyelesaikan konflik dan
membantu korban perang. Contoh: berdirinya PBB, pengadilan HAM, dll.
·
Negara dan Kekuasaan
Negara dalam demokrasi-liberal berperan sebagai
penengah di antara berbagai kepentingan masyarakat. Terdapat interaksi antara
negara dan warga sipil.
·
Institusi dan Tatanan Dunia
Institusi dan tatanan dunia banyak tercipta dari
kerjasama dan interdependensi antara aktor – aktor hubungan internasional baik
aktor negara maupun non negara.
·
Identitas dan Komunitas
Liberalisme pada mulanya hanya memberikan porsi yang
sedikit dalam membahas isu komunitas. Namun, di masa kini telah dikenal istilah
masyarakat global dimana dihasilkan suatu interdependensi yang kompleks
sehingga nilai – nilai yang dianut suatu komunitas dapat tersebar ke seluruh
dunia.
·
Kesenjangan dan Keadilan
Kaum liberalis sangat menjunjung tinggi kesetaraan
dan persamaan hak namun penting untuk melihat masalah ini dari berbagai sudut
pandang.
·
Konflik dan Kekerasan
Kaum liberal memandang diri mereka sebagai pembela
perdamaian namun mereka berpendapat bahwa untuk mewujudkan itu semua dibutuhkan
kehendak politik serta usaha.
Organisasi/Kegiatan
yang Mencerminkan Liberalisme
Belakangan ini di seluruh dunia
telah digaungkan sebuah program, yaitu Global Goals. Global Goals for
Sustainable Development (SDGs) adalah sebuah program yang diprakarsai oleh PBB
yang merupakan kelanjutan dari Millenium Development Goals (MDGs). Global Goals
bertujuan untuk mencapai tiga misi mulia, yakni mengakhiri kemiskinan, mencapai
kesetaraan, dan mengatasi perubahan iklim melalui kolaborasi global.
Global Goals memiliki 17 goals dan 169 target yang akan dicapai
dalam kurun waktu 15 tahun atau diharapkan terwujud pada tahun 2030. Ke-17
goals tersebut sebagai berikut:
1. Tidak ada kemiskinan.
2. Tidak ada kelaparan.
3. Kesehatan dan kesejahteraan yang
baik.
4. Pendidikan berkualitas.
5. Kesetaraan gender.
6. Sanitasi dan air bersih.
7. Energi bersih dan terjangkau.
8. Pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan
yang layak.
9. Industri, inovasi, dan infrastukur.
1. Mengurangi kesenjangan.
1. Keberlanjutan kota dan komunitas.
1. Konsumsi
& Produksi Bertanggung Jawab.
... Aksi
Terhadap Iklim.
1. Kehidupan
Bawah Laut.
1. Kehidupan
Di Darat.
1. Institusi
Peradilan yang Kuat & Kedamaian.
1. Kemitraan
untuk Mencapai Tujuan.
Dalam kurun waktu tujuh hari (26
September – 2 Oktober) informasi seputar Global Goals akan disebarluaskan
serentak di seluruh dunia melalui konferensi, media massa, festival, klub
olahraga, artis, dll. Untuk mencapai target dalam Global Goals dibutuhkan
dukungan dari setiap individu dimana pun ia berada serta komitmen dari 193
pemimpin dunia yang hadir dalam Sustainable Development Summit di New York, Amerika
Serikat.
Analisis
Liberalisme
Menurut pandangan liberalisme,
kerjasama merupakan hal mutlak yang harus dilakukan oleh aktor – aktor hubungan
internasional. Beberapa tujuan kerjasama, yaitu untuk memenuhi kebutuhan negara,
membangun kerjasama kemitraan, menghindari konflik, mendukung perdamaian, dll. Dalam
menjalankan kegiataannya, Global Goals membutuhkan kerjasama dan komitmen dari
ratusan negara anggota PBB beserta masyarakat global agar kegiatan jangka
panjang tersebut dapat memberikan hasil positif dalam menangani berbagai isu –
isu dunia.
Kaum liberalisme optimis bahwa
kegiatan tersebut akan menjaring banyak sukarelawan di seluruh dunia sehingga
mereka melakukan penyebaran informasi secara massif dengan menggunakan berbagai
macam media. Mereka meyakini bahwa sifat dasar manusia yang berpotensi baik dan
rasional akan menuntun mereka pada pemikiran mengenai nilai – nilai hidup,
moral, dan hak asasi manusia yang tak dapat diabaikan sehingga dipercaya kegiatan
tersebut akan menarik banyak empati masyarakat dari berbagai macam golongan.
Pada era liberalisme klasik, campur
tangan negara dianggap akan mengekang kebebasan individu. Namun, saat ini
negara berperan sebagai penengah di antara berbagai macam kepentingan bangsa.
Seluruh target di program Global Goals tidak akan bisa maksimal apabila negara tidak
ikut serta dalam program tersebut. Negara berperan memberikan kerangka acuan
bagi stakeholder terkait dan juga masyarakat seperti peraturan – peraturan atau
bahkan pengawasan untuk menjamin terlaksananya kegiatan. Dalam hal ini bisa
saja negara dipandang sebagai sebuah ‘ancaman’ tetapi ancaman yang diperlukan
(necessary evil).
Di antara 17 goals diatas terdapat masalah mengenai kesetaraan dan komunitas. Kaum
liberalis berpandangan bahwa kedua hal tersebut harus mendapat perhatian karena
merupakan bagian dari hak – hak individu dan tidak bisa terlepas dari
masyarakat global yang saling bergantung satu sama lain.
Referensi:
Jackson, R dan Georg Sorensen. 2013. Pengantar Studi Hubungan Internasional:
Teori dan Pendekatan Edisi Kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Steans, Jill dan Llyod Pettiford. 2009. Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Satu Indonesia (diakses 3 Oktober 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik.